Selasa, 24 November 2009

Jika saya menanyakan perihal ujian nasional (UN) kepada teman-teman saya, jawabannnya pasti ‘arrrrggghhhhhh jangan ingetin gue’. Ya, UN memang dipandang sebagai monster mengerikan yang siap menerkam kapan saja. Apalagi dengan diberlakukannya kebijakan Pemerintah untuk memajukan pelaksanaan UN pada bulan Maret 2010.

Kebijakan tersebut akan berakibat pada bertambahnya tugas bagi para guru dan siswa dalam mempersiapkan UN. Startegi-strategi yang dilakukan beberapa sekolah, seperti pendalaman materi, Try Out, bahkan pengurangan jam pelajaran bagi pelajaran-pelajaran yang tidak di ujikan dalam UN dapat menyebabkan murid dan guru stress.

Apakah UN mempunyai manfaat?

Bagi saya, UN sangat tidak menumbuhkan kreativitas siswa. Untuk belajar menghadapi UN, siswa cenderung belajar sabatas variasi soal UN. Sehingga, wawasan siswa semakin sempit. Apalagi jenis soalnya pilihan ganda, nalar siswa pun tidak berjalan. UN seharusnya tidak dijadikan sebagai satu satunya standar untuk kelulusan siswa. UN seharusnya juga menguji seluruh pelajaran yang didapat di sekolah, sehingga dapat diketahui seberapa banyak pengetahuan dan wawasan yang dimiliki siswa dari seluruh proses pembelajaran selama dia di sekolah.

Pelajaran-pelajaran yang di ujikan dalam UN yaitu matematika, IPA, bahasa indonesia, dan bahasa inggris, membuat siswa berpikir logis. Sehingga siswa dapat menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat. Mungkin salah satu tujuan pemerintah memberlakukan UN adalah negara membutuhkan orang – orang, yang dapat menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat. Yaitu orang yang dapat berpikir logis. Sehingga mereka dapat menyelesaikan masalah-masalah di negara ini. Jangan pikirkan apa yang bisa di berikan negara ini bagi kita, tapi apa yang bisa kita lakukan bagi negara.

Tidak ada komentar: